Sukun sebagai Solusi menghadapi Krisis Pangan dan upaya pemeliharaan warisan budaya Indonesia
Solusi potensial untuk mengatasi krisis pangan di Indonesia, khususnya saat petani mengalami kekurangan beras, dengan pendekatan terintegrasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Persoalan pangan dan kesejahteraan merupakan hal yang krusial bagi kemajuan suatu negara. Di Indonesia, negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah, tantangan ini semakin ditekankan oleh pertumbuhan populasi yang cepat dan perubahan iklim global. Sebagai negara dengan iklim tropis yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia memiliki berbagai tanaman yang berpotensi menjadi sumber pangan. Salah satu tanaman yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah sukun (Artocarpus altilis). Meskipun belum mendapat perhatian yang cukup dari masyarakat, sukun memiliki potensi besar sebagai sumber karbohidrat pengganti beras.
Sukun, atau dikenal sebagai "breadfruit" dalam bahasa Inggris, adalah tanaman yang memiliki potensi besar sebagai alternatif pangan. Meskipun belum menarik perhatian yang cukup, tanaman ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat di berbagai kepulauan, dari Pasifik hingga Nusantara. Sejarah mencatat bahwa sukun telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat di berbagai wilayah kepulauan, khususnya di Polinesia. Di Indonesia, sukun dikenal dengan berbagai nama lokal seperti Sakon, Sukun, Sokon, Kai, dan sebagainya. Namun, meskipun memiliki sejarah panjang dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat di banyak wilayah, pengembangan sukun sebagai sumber pangan masih terbengkalai. Varietas lokal sukun menunjukkan potensi dalam menghasilkan tanaman yang kuat dan sesuai dengan lingkungan lokal.
Dwinita Wikan Utami, Kepala Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan ORPP BRIN, menegaskan pentingnya diversifikasi pangan sebagai langkah strategis dalam mengatasi ketidakseimbangan antara permintaan dan ketersediaan beras di Indonesia. Ia menyoroti bahwa sukun, dengan ragam sumber karbohidratnya, memiliki potensi besar sebagai bahan pangan alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Marietje Pesireron, seorang peneliti ahli dari Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan ORPP BRIN, menjelaskan bahwa sukun memiliki potensi besar sebagai pengganti beras. Dalam presentasinya, ia mengungkapkan bahwa kandungan nutrisi sukun, seperti vitamin, mineral, serat, dan lain-lain, sangat baik untuk kesehatan. Febby Polnaya, seorang dosen dari Universitas Pattimura Ambon, Maluku, membahas berbagai metode pengolahan sukun, dari yang tradisional hingga modern. Pengembangan teknologi pengolahan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk sukun di pasar.
Meskipun potensi besar sukun telah diakui, masih ada tantangan dalam mengembangkannya. Konservasi keanekaragaman sukun menjadi kunci untuk menjaga kelangsungan produksi. Namun, dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk petani, produsen, pedagang, industri pangan, dan pemerintah, pengembangan sukun sebagai sumber pangan alternatif dapat menjadi solusi penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Data produksi sukun yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat adalah daerah penghasil sukun terbesar. Produksi sukun yang mencapai 165.032 ton pada tahun 2022 menunjukkan potensi besar sukun sebagai bahan pangan alternatif yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Dari segi historis dan budaya, sukun memiliki tempat yang istimewa dalam kehidupan masyarakat Nusantara. Perjalanan sukun dari kepulauan Pasifik hingga Nusantara menjadi bagian dari warisan budaya yang patut dilestarikan. Salah satu keunggulan utama sukun adalah kandungan karbohidratnya yang tinggi. Dalam 100 gram sukun, kandungan karbohidratnya setara dengan sepertiga karbohidrat dalam beras. Bahkan, saat diolah menjadi tepung, kandungan karbohidratnya setara dengan beras, tetapi dengan sedikit kalori yang lebih rendah. Hal ini menjadikan sukun sebagai alternatif menarik untuk menggantikan beras dalam konsumsi sehari-hari. Selain itu, dengan keunikan budayanya, sukun tidak hanya menjadi sumber pangan, tetapi juga mencerminkan kekayaan alam dan budaya Indonesia yang patut dibanggakan.
Untuk memanfaatkan potensi sukun secara maksimal, diperlukan pengembangan teknologi pengolahan yang lebih baik, baik dalam bentuk pangan yang lebih menarik dan modern maupun tepung sukun yang dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk pangan. Meskipun masih ada banyak tantangan, seperti ketersediaan lahan untuk penanaman sukun dan perubahan pola konsumsi masyarakat, pengembangan sukun sebagai sumber pangan alternatif memberikan harapan besar bagi Indonesia dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan potensi yang dimilikinya, sukun dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan pangan di Indonesia, terutama dalam situasi di mana petani mengalami kekurangan beras. Melalui pendekatan yang terintegrasi antara berbagai pihak terkait, sukun dapat menjadi pilihan yang menarik sebagai sumber pangan alternatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Sumber bacaan:
Humas BRIN. 2023. Pengelolaan Sukun Sebagai Bahan Pangan Pokok Alternatif dan Substitusi Impor dalam webinar HortiES Talk #15 pada Rabu 25 Oktober 2023 secara daring. https://www.brin.go.id/news/116166/pengelolaan-sukun-sebagai-bahan-pangan-pokok-alternatif-dan-substitusi-impor
Supriati, Y. 2010. Sukun sebagai Sumber Pangan Alternatif Substitusi Beras. Iptek Tanaman Pangan Vol. 5 No. 2 – 2010. Puslitbang Tanaman Pangan. https://repository.pertanian.go.id/items/c6102f7a-bec4-4cf3-9c75-f5b3a271fd03