Rumah Betang: Megahnya Warisan Budaya Ramah Lingkungan Suku Dayak
Simbol kekayaan budaya suku Dayak di Kalimantan, menonjolkan kehidupan komunal, keselarasan dengan alam, dan pesona arsitektur tradisional yang megah.
Rumah betang, simbol arsitektur tradisional yang tak ternilai dari masyarakat Dayak, telah lama menjadi penanda keberadaan serta kekayaan budaya mereka di Kalimantan. Dipandang sebagai rumah tinggal yang tidak hanya megah, luas, dan nyaman, tetapi juga hemat energi, rumah betang menjelma menjadi lebih dari sekadar tempat tinggal; ia memancarkan makna mendalam tentang kehidupan komunal dan hubungan manusia dengan alam.
Dari hasil wawancara dengan penduduk desa Kayu Dujung di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, didapati bahwa asal nama "betang" berasal dari penggabungan kata "ba" yang berarti rumah dan "tang" yang berarti panjang, mencerminkan bentuknya yang panjang. Sebelum dikenalnya sistem perumahan tunggal, masyarakat Dayak hidup berdampingan dalam satu kelompok dengan satu rumah hunian bersama, menunjukkan naluri mereka untuk hidup secara harmonis dalam komunitas yang damai.
Rumah betang memiliki bentuk panggung yang memanjang dengan panjang mencapai 100-150 meter dan lebar sekitar 50 meter. Keunikan lainnya adalah keberadaan tangga sebagai akses masuk yang harus berjumlah ganjil, sekaligus memperoleh perlindungan dari gangguan spiritual dan ilmu mistik jahat. Rumah betang dapat dihuni oleh 100-150 jiwa, dibuat dari kayu berkualitas tinggi seperti kayu ulin, dan memiliki atap sirap yakni batang kayu yang diiris tipis.
Rumah betang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga pusat kegiatan tradisional dan sosial masyarakat Dayak. Representasi dari tata pamong desa dan sistem kemasyarakatan, rumah betang mencerminkan nilai-nilai kehidupan seperti kebersamaan, kerja keras, dan harmoni dengan alam. Dalam kehidupan komunal rumah betang, setiap individu diberi kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari sesama anggota masyarakat.
Rumah betang adalah tempat di mana kehidupan komunal dan tradisional Dayak berkembang. Berbagai kegiatan seperti pendidikan non-formal dan pembagian tugas seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di rumah betang. Dengan pola permukiman yang terkait erat dengan sumber daya alam sekitarnya, rumah betang juga mencerminkan keakraban hubungan dalam keluarga dan masyarakat.
Aspek penghunian, hukum, hak milik, dan ekonomi menjadi bagian integral dari rumah betang. Kepemilikan tanah yang bersifat bersama, peran penting dalam distribusi tenaga kerja dan hasil kerja, serta keberadaan rumah betang sebagai unit peradilan, menunjukkan kompleksitas struktur sosial dan budaya masyarakat Dayak.
Rumah betang tidak hanya menjadi simbol kekayaan budaya masyarakat Dayak, tetapi juga menjadi inspirasi bagi konsep arsitektur ramah lingkungan. Dalam era modern yang dipenuhi dengan teknologi canggih, rumah betang tetap mempertahankan pesonanya sebagai wujud kearifan lokal yang patut dilestarikan dan dijunjung tinggi. Sebagai warisan masa lampau yang berharga, rumah betang terus menginspirasi generasi masa kini dan mendatang tentang kehidupan harmonis antara manusia, budaya, dan alam.
Sumber Bacaan:
Andriawan, Fr.M. 2022. Makna Rumah Betang Panjang Bagi Suku Dayak Sebagai Kearifan Lokal Di Tengah Arus Modernisasi. Pada tautan https://www.majalahduta.com/2022/12/makna-rumah-betang-panjang-bagi-suku-dayak-sebagai-kearifan-lokal-di-tengah-arus-modernisasi.php tertanggal 11 Desember 2022.
Daniswari, D. 2022. Rumah Betang, Rumah Adat Kalimantan: Ciri-ciri, Fungsi, dan Makna. Artikel ini telah tayang di Kompas.com pada tautan https://regional.kompas.com/read/2022/11/30/165044178/rumah-betang-rumah-adat-kalimantan-ciri-ciri-fungsi-dan-makna?page=all.
Hamidah, N., dan Garib, T.W. 2014. Studi Arsitektur Rumah Betang Kalimantan Tengah. Jurnal Arsitektur Melayu dan Lingkungan, Vol.1, No. 2, Hal: 19-35.