Penanaman Mangrove di Geopark Ciletuh: Kolaborasi Multipihak Dukung FOLU Net Sink 2030 dan Penilaian UNESCO

Aksi kolaboratif penanaman 2.500 mangrove di Geopark Ciletuh ini menjadi langkah nyata mendukung FOLU Net Sink 2030 dan mempertahankan status Global Geopark UNESCO melalui konservasi ekosistem pesisir yang partisipatif dan berkelanjutan.

Kania Gita Lestari

6/12/2025

Sukabumi, 29 Mei 2025 – Dalam upaya mendukung pencapaian target Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 dan memperkuat konservasi ekosistem pesisir, Yayasan Hutan Organik bersama berbagai mitra melaksanakan aksi penanaman mangrove di kawasan Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) Result-Based Contribution (RBC) Tahap 2, yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH).

Kegiatan penanaman ini menjadi salah satu langkah nyata dalam mempercepat rehabilitasi ekosistem mangrove di kawasan geopark yang telah ditetapkan sebagai salah satu Geopark Global oleh UNESCO. Melalui kolaborasi multipihak, kegiatan ini tidak hanya mengedepankan aspek teknis penanaman, tetapi juga nilai sosial, ekologis, dan edukatif.

Kolaborasi Multipihak Wujudkan Aksi Nyata

Aksi penanaman ini dilaksanakan secara kolaboratif bersama berbagai organisasi dan komunitas, antara lain: Kelompok Masyarakat Konservasi (POKMASI) Madrajaya Nusantara, Yayasan Riung Rimbaraya Indonesia, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, dan Tree Grower Community. Melalui sinergi antarpihak, sebanyak 2.500 bibit mangrove berhasil ditanam pada lahan seluas 1 hektar. Kegiatan dilakukan secara partisipatif, melibatkan masyarakat setempat, mahasiswa, serta pegiat lingkungan dari berbagai wilayah.

Kawasan yang dipilih untuk penanaman merupakan zona inti dalam Geopark Ciletuh yang memiliki fungsi penting sebagai kawasan penyangga pesisir dan habitat alami berbagai spesies burung, termasuk burung migran. Penanaman ini diharapkan dapat memulihkan fungsi ekologis kawasan, sekaligus memperkuat ketahanan wilayah terhadap perubahan iklim dan bencana pesisir seperti abrasi dan banjir rob.

Para peserta aksi penanaman mangrove berpose usai menanam 2.500 bibit di pesisir Geopark Ciletuh, sebagai bentuk nyata kolaborasi mendukung FOLU Net Sink 2030 dan pelestarian kawasan geopark.
📸 Sumber: Salman Abdullah

Dukungan terhadap FOLU Net Sink 2030 dan Penilaian Geopark UNESCO

Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi FOLU Net Sink 2030—kebijakan strategis nasional yang menargetkan sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya untuk menjadi penyerap karbon bersih (net sink) pada tahun 2030. Dalam konteks ini, ekosistem mangrove berperan besar karena kemampuannya menyerap karbon tiga sampai lima kali lebih besar dibandingkan hutan daratan.

Selain itu, penanaman ini memiliki nilai strategis tambahan karena dilakukan di kawasan yang dievaluasi dan dipantau setiap 5 tahun sekali oleh UNESCO sebagai bagian dari penilaian status Geopark Ciletuh sebagai Global Geopark. Keberadaan aksi konservasi yang terorganisir, partisipatif, dan berkelanjutan menjadi salah satu kriteria penilaian penting dalam pemeringkatan geopark kelas dunia.

Mendorong Aksi Lanjutan dan Edukasi Lingkungan

Selain sebagai implementasi teknis proyek RBC Tahap 2, kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai pemantik untuk mendorong aksi-aksi serupa ke depan. Yayasan Hutan Organik dan para mitra berharap kegiatan ini menjadi inspirasi bagi berbagai pihak, baik pemerintah daerah, dunia usaha, komunitas, maupun individu, untuk ikut serta dalam pelestarian ekosistem mangrove di Geopark Ciletuh maupun wilayah pesisir lainnya di Indonesia.

Kegiatan ini juga dimanfaatkan sebagai sarana edukasi lingkungan, khususnya bagi generasi muda. Mahasiswa IPB University yang tergabung dalam BEM Fakultas Kehutanan dan Lingkungan turut terlibat aktif dalam proses persiapan, penanaman, hingga diskusi-diskusi lingkungan yang dilakukan bersama masyarakat setempat.

“Kegiatan ini bukan hanya tentang menanam pohon, tapi tentang menanam kesadaran, komitmen, dan harapan. Kami percaya, aksi kecil yang dilakukan bersama-sama akan berdampak besar bagi bumi dan masa depan kita,” ujar Kak Citra Septriantri Putri, S.Hut., M.Si. sebagai PIC Kegiatan Penanaman Mangrove yang juga perwakilan dari Yayasan Hutan Organik.

Menuju Kolaborasi Hijau Berkelanjutan

Penanaman mangrove di Geopark Ciletuh menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi lintas sektor sangat memungkinkan untuk menjawab tantangan krisis iklim dan degradasi lingkungan. Melalui sinergi antara pemerintah, lembaga pendanaan, masyarakat sipil, akademisi, dan komunitas, Indonesia semakin siap melangkah menuju pembangunan rendah emisi dan berketahanan iklim. Ke depan, Yayasan Hutan Organik dan para mitra berkomitmen untuk terus melanjutkan upaya konservasi dan rehabilitasi, tidak hanya di Ciletuh, tetapi juga di wilayah-wilayah penting lainnya di seluruh Indonesia.

Kegiatan penanaman mangrove di Geopark Ciletuh diawali dengan penyerahan bibit secara simbolis dari Yayasan Hutan Organik kepada POKMASI Madrajaya Nusantara, dilanjutkan dengan aksi tanam bersama dan foto peserta sebagai wujud kolaborasi mendukung FOLU Net Sink 2030 dan konservasi pesisir. (Sumber foto: Salman Abdullah)

Kania Gita Lestari, S.Hut., M.Si

Yayasan Hutan Organik