Menelusuri Jejak Karbon Biru: Dosen dan Mahasiswa ITERA Teliti Potensi Mangrove Cuku Nyinyi
Dosen dan mahasiswa ITERA meneliti stok blue carbon di Hutan Mangrove Cuku Nyinyi untuk mendukung konservasi dan mitigasi perubahan iklim.


Pesawaran, 10 Desember 2024 – Hutan mangrove memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Selain sebagai habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna, mangrove juga berfungsi sebagai penyerap karbon yang efektif, menjadikannya salah satu solusi alami dalam mitigasi perubahan iklim. Untuk menggali lebih dalam potensi ini, tim dosen dan mahasiswa dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA) melakukan riset mengenai estimasi stok blue carbon di Hutan Mangrove Cuku Nyinyi, Desa Sidodadi, Kabupaten Pesawaran.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya terkait dengan perubahan iklim, kehidupan ekosistem darat dan laut, serta pembangunan berkelanjutan. Riset ini diketuai oleh Nurika Arum Sari, S.Hut., M.Sc, dengan partisipasi Mhd Muhajir Hasibuan, S.Hut., M.Si, dan mahasiswa ITERA yang antusias dalam mendalami isu lingkungan.
Mengenal Blue Carbon dan Peran Mangrove
Blue carbon merujuk pada karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir seperti mangrove, lamun, dan rawa pasang surut. Ekosistem ini memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon dari atmosfer dalam jangka waktu yang sangat lama dibandingkan ekosistem darat. Dengan kapasitasnya yang besar dalam menyimpan karbon, mangrove berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca dan membantu mengendalikan pemanasan global.
Hutan Mangrove Cuku Nyinyi merupakan salah satu kawasan pesisir yang memiliki ekosistem mangrove cukup luas di Kabupaten Pesawaran. Namun, ancaman degradasi akibat alih fungsi lahan, eksploitasi sumber daya, dan perubahan iklim menuntut adanya langkah-langkah pengelolaan berbasis ilmiah yang dapat menjaga keberlanjutan ekosistem ini. Oleh karena itu, riset yang dilakukan oleh tim ITERA diharapkan dapat menghasilkan data yang berguna dalam pengelolaan dan konservasi hutan mangrove.
Tujuan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, tim dosen dan mahasiswa berkolaborasi dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Bina Jaya Lestari. Ketua KTH, Andi Sofyan, menyambut baik riset ini sebagai bentuk peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya mangrove. “Melalui penelitian ini, kami berharap ada data konkret yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi konservasi yang lebih baik,” ungkapnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi biomassa mangrove, cadangan karbon yang tersimpan dalam tanah dan vegetasi, serta kemampuan mangrove dalam menyerap gas karbon dioksida (CO₂). Metode yang digunakan melibatkan pengukuran diameter batang pohon mangrove, pengambilan sampel tanah, serta analisis laboratorium guna menghitung kandungan karbon yang tersimpan.
“Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai stok blue carbon di Hutan Mangrove Cuku Nyinyi, kita bisa memberikan rekomendasi berbasis data yang lebih akurat dalam upaya pelestarian lingkungan,” kata Muhajir, salah satu dosen yang terlibat dalam riset ini.
Hasil Penelitian dan Implikasinya
Meskipun penelitian ini masih berlangsung, data awal menunjukkan bahwa Hutan Mangrove Cuku Nyinyi memiliki potensi besar dalam menyerap dan menyimpan karbon. Biomassa yang tinggi pada beberapa spesies mangrove menunjukkan kapasitas penyimpanan karbon yang signifikan, menjadikan kawasan ini sebagai aset ekologi yang berharga bagi Kabupaten Pesawaran dan sekitarnya.
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan menjadi dasar untuk berbagai rekomendasi kebijakan. Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menetapkan kebijakan konservasi yang lebih efektif, termasuk rehabilitasi mangrove di kawasan yang mengalami degradasi dan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga ekosistem pesisir.
“Penelitian ini bukan hanya tentang mengumpulkan data, tetapi juga bagaimana kita bisa memberikan solusi nyata bagi pengelolaan lingkungan yang lebih baik,” tambah Nurika.
Dampak bagi Masyarakat dan Lingkungan
Selain manfaat ekologis, hasil riset ini juga memiliki dampak bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan pemanfaatan mangrove yang berkelanjutan, masyarakat dapat mengembangkan usaha berbasis ekowisata, perikanan, dan produk turunannya seperti madu mangrove dan kerajinan berbahan baku mangrove.
Melalui hasil riset ini, masyarakat diharapkan dapat memahami peran strategis mangrove tidak hanya dalam ekologi, tetapi juga dalam ekonomi. Pemberdayaan masyarakat berbasis konservasi merupakan kunci dalam menjaga keseimbangan antara manfaat lingkungan dan kesejahteraan ekonomi.
Masa Depan Konservasi Mangrove di Indonesia
Penelitian mengenai stok blue carbon di Hutan Mangrove Cuku Nyinyi merupakan langkah awal dalam upaya konservasi yang lebih luas. Indonesia, sebagai negara dengan ekosistem mangrove terbesar di dunia, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keberlanjutan ekosistem ini.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian serupa di wilayah lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai potensi blue carbon di Indonesia. Publikasi hasil riset ini nantinya akan didistribusikan melalui jurnal ilmiah, seminar, serta kegiatan sosialisasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah.
“Upaya mencapai SDGs memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Kami berharap riset ini dapat menjadi contoh bagaimana akademisi, masyarakat, dan pemerintah dapat berkolaborasi dalam menjaga lingkungan,” pungkas Nurika.
Dengan semakin banyaknya riset tentang blue carbon dan konservasi mangrove, harapannya Indonesia dapat semakin maju dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan pelestarian sumber daya alam. Hutan Mangrove Cuku Nyinyi hanyalah salah satu dari banyak ekosistem yang perlu dijaga, dan penelitian seperti ini merupakan langkah nyata untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.


Nurika Arum Sari, S.Hut., M.Sc.
Dosen Program Studi Rekayasa Kehutanan
Institut Teknologi Sumatera