Proses pembuatan gula semut di Desa Pringgajurang, menggabungkan tradisi dan keberlanjutan untuk menciptakan produk alami yang bernilai tinggi. (Dok : Pribadi)
Desa Pringgajurang yang terletak di kaki bukit Rinjani, Lombok Timur, bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena keberadaan pohon aren yang tumbuh subur di wilayah ini. Pohon aren, yang secara tradisional digunakan oleh masyarakat untuk menghasilkan nira, kini mulai dimanfaatkan lebih jauh menjadi gula semut merah yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Proses produksi gula semut ini tidak hanya mengangkat potensi ekonomi lokal, tetapi juga turut berkontribusi pada pelestarian alam. Keberhasilan ini memperlihatkan bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan produk alami dapat meningkatkan kesejahteraan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Di Desa Pringgajurang, pohon aren Arenga pinnata tumbuh subur di tanah vulkanik yang kaya mineral, menjadikannya sebagai sumber utama penghasil nira berkualitas tinggi. Nira yang dihasilkan memiliki rasa manis yang khas dan aroma alami yang menggugah selera. Proses pengolahan nira menjadi gula semut dilakukan dengan menggunakan teknik tradisional yang telah diwariskan turun-temurun. Para petani nira di desa ini memanfaatkan metode manual yang tidak hanya mempertahankan keaslian rasa gula semut, tetapi juga memperhatikan kelestarian lingkungan.
Salah satu keunggulan gula semut yang dihasilkan dari Desa Pringgajurang adalah kandungannya yang lebih sehat dibandingkan dengan gula rafinasi biasa. Gula semut memiliki indeks glikemik yang lebih rendah, menjadikannya pilihan ideal bagi penderita diabetes atau mereka yang ingin menjaga kadar gula darah. Selain itu, gula semut mengandung sejumlah mineral penting seperti kalium, magnesium, dan zat besi yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Keunikan lainnya adalah karakter rasa dan aroma yang dihasilkan berkat tanah vulkanik tempat pohon aren tumbuh, memberikan sentuhan rasa khas pada produk akhir.
Proses pembuatan gula semut dimulai dengan penyadapan nira dari tandan bunga jantan pohon aren. Nira yang terkumpul kemudian dimasak hingga kental, diaduk hingga mengkristal, dan dikeringkan dengan sinar matahari. Teknik pengeringan alami ini menjaga produk tetap ramah lingkungan dan terhindar dari bahan-bahan kimia berbahaya. Di tengah meningkatnya permintaan akan produk alami, gula semut dari Desa Pringgajurang memiliki potensi untuk merambah pasar domestik dan internasional. Selain itu, produk ini juga cocok dijadikan oleh-oleh khas daerah, memperkenalkan keindahan alam Sembalun sambil mempromosikan keberlanjutan.
Keunggulan gula semut juga terletak pada fleksibilitasnya dalam berbagai aplikasi kuliner. Gula semut dapat digunakan untuk pemanis alami dalam teh, kopi, kue, hingga produk kecantikan. Kepraktisannya dalam penyimpanan dan distribusi juga memungkinkan produk ini diminati di pasar internasional, terutama di negara-negara yang mulai beralih ke pemanis alami, seperti Eropa dan Asia Timur. Dengan kualitasnya yang tak diragukan lagi, gula semut Sembalun memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia.
Namun, seperti halnya dengan produk unggulan lainnya, tantangan utama yang dihadapi adalah keberlanjutan bahan baku. Meningkatnya permintaan akan gula semut harus diimbangi dengan upaya pelestarian pohon aren agar keberadaannya tetap terjaga. Agar produksi gula semut tetap berkelanjutan, masyarakat di Pringgajurang telah memulai program reboisasi dan agroforestri, sebuah sistem yang menggabungkan pertanian dan kehutanan secara harmonis untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PPGLHK) turut berperan dalam membantu masyarakat melalui program penyuluhan tentang budidaya aren yang ramah lingkungan. Mereka juga memberikan pelatihan mengenai pengolahan gula semut yang higienis dan berstandar tinggi, serta memfasilitasi akses pasar bagi produk-produk lokal. Ini menjadi salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan secara ekonomi, tetapi juga turut menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Pemberdayaan masyarakat di Desa Pringgajurang melalui produksi gula semut merupakan contoh nyata bagaimana sebuah komunitas dapat beradaptasi dengan perkembangan pasar modern tanpa mengorbankan nilai tradisionalnya. Dengan potensi alam yang melimpah dan dukungan teknologi yang tepat, gula semut dari Desa Pringgajurang memiliki prospek yang cerah untuk menjadi produk unggulan yang dikenal luas, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional. Ini juga membuka peluang baru dalam sektor pariwisata agro, di mana pengunjung dapat langsung terlibat dalam proses pembuatan gula semut sekaligus menikmati pemandangan alam yang menakjubkan.
Foto bersama masyarakat Desa Pringgajurang setelah proses pembuatan gula aren. (Dok: Pribadi)
Pemerintah dan lembaga terkait perlu memberikan dukungan yang lebih besar agar produk gula semut dapat berkembang lebih pesat. Dengan pelatihan yang lebih intensif, teknologi sederhana yang mendukung proses produksi, serta akses ke pasar yang lebih luas, produk gula semut dari Pringgajurang akan semakin dikenal. Harapannya, inisiatif seperti ini bisa menjadi inspirasi bagi komunitas lain di seluruh Indonesia untuk memanfaatkan potensi lokal secara berkelanjutan, sehingga tercipta keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Dengan demikian, pemanfaatan pohon aren untuk membuat gula semut di Desa Pringgajurang bukan hanya menjadi solusi bagi masalah ekonomi, tetapi juga membangun masa depan yang lebih berkelanjutan, menjaga alam, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Siti Maryam
Riung Rimbaraya Indonesia
Refensi Bacaan:
Budiarti, T., & Susanti, E. (2021). Peningkatan Kualitas Gula Semut melalui Teknologi Modern. Jurnal Teknologi Pangan Tropis, 10(2), 45-52.
Hidayat, A., & Yuniarti, R. (2020). Potensi dan Tantangan Pengembangan Gula Semut Sebagai Produk Ekspor Unggulan. Jurnal Agroindustri Berkelanjutan, 12(3), 87-93.
Kusuma, P. A., & Darmawan, M. (2022). Ekonomi Lokal Berbasis Pohon Aren: Studi Kasus di Sembalun Lombok. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 15(1), 23-34.
Suryadi, S., & Marlina, T. (2019). Pengaruh Teknik Pemasakan pada Mutu Gula Semut Tradisional. Jurnal Teknologi Agroindustri, 8(4), 76-82.
Wibowo, D. S., & Kartika, R. (2023). Keberlanjutan Produksi Gula Aren di Indonesia: Peluang dan Tantangan. Jurnal Pengembangan Wilayah, 18(2), 101-110.