Kawasan Wisata Lempong Balong: Pesona Herpetofauna Taman Nasional Gunung Ciremai
Lempong Balong, sebagai destinasi wisata alam di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), menampilkan keanekaragaman hayati yang kaya, termasuk kehadiran Herpetofauna, termasuk satu spesies langka dan endemik yang berasal dari Ciremai.
Lempong Balong, salah satu destinasi alam di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Destinasi ini menawarkan program adopsi pohon bagi para pengunjung yang tertarik, dengan tujuan utama menjaga kelestarian alam di wilayah tersebut.
Anggota UKM Kelompok Studi Konservasi (KSK) dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan aktif dalam kegiatan herping di sekitar Curug Mangkok Lempong Balong, Palutungan. Kegiatan ini menjadi agenda rutin untuk mendata jenis herpetofauna yang terdapat di wilayah tersebut. Pada tanggal 30 April 2024 dilaksanakan kegiatan tersebut setelah menerima laporan dari pengelola Lempong Balong mengenai penemuan kodok merah ciremai (Leptophryne javanica sp) di sekitar wilayah tersebut.
Kodok merah ciremai (Leptophryne javanica sp) merupakan salah satu spesies langka yang ditemukan di kawasan Gunung Ciremai. Dikenal dengan ciri khasnya berupa jari tangan dan kaki yang bulat serta tubuh yang ramping dan kecil, kodok ini menghuni lingkungan dengan tingkat kelembaban tinggi, terutama di sekitar aliran air atau sungai kecil di hutan primer. Menurut penelitian yang dikutip dari Kurniati (2008), kodok merah Ciremai merupakan hewan yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Keberadaannya dapat menjadi indikator penting terhadap kualitas lingkungan sekitarnya, seperti tingkat polusi air, kerusakan hutan, atau perubahan iklim.
Spesies ini memiliki preferensi habitat pada aliran sungai yang masih bersih, dengan vegetasi yang cukup lebat. Tutupan tajuk yang mencapai 90% di sekitar sungai membantu menjaga kestabilan lingkungan tempat tinggalnya. Ketinggian tempat hidupnya berkisar antara 1.200 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut.
Hasil kegiatan herping tersebut menunjukkan keberadaan dua jenis amphibi dengan total 35 individu, termasuk kongkang racun (Odorrana hosii) dan kongkang kolam (Hylarana chalconota). Selain itu, ditemukan juga dua jenis reptil dengan total 5 individu, yaitu cecak batu (Cyrtodactylus marmoratus) dan ular macan air (Xenochrophis melanzostus).
Berikut deskrispsi singkat mengenai satwa tersebut:
Kongkang racun (Odorrana hosii)
Kongkang racun, yang termasuk dalam famili ranidae, memiliki ukuran morfologi yang bervariasi dari sedang hingga sangat besar dan ramping. Warna tubuhnya umumnya didominasi oleh corak coklat gelap hingga kehijauan, dengan pola warna yang lebih gelap pada bagian samping tubuhnya. Karakteristik lainnya termasuk adanya jari tangan yang melebar dan jari kaki yang berselaput pada pangkalnya. Kaki belakangnya biasanya lebih panjang daripada kaki depan, memungkinkannya untuk melompat dengan jarak yang cukup jauh. Pada kulitnya terdapat kelenjar racun yang berbau busuk dan memiliki tekstur kulit yang berbintil halus (Amiliyatul, et al. 2018).
Dokumentasi hasil kegiatan herping yang dilakukan, ditemukan 14 individu kongkang racun. Temuan ini menyoroti keberadaan serta keanekaragaman spesies ini dalam lingkungan alaminya.
Kongkang kolam (Hylarana chalconota)
Kongkang kolam, anggota dari famili ranidae, memiliki ciri morfologi yang ditandai oleh ukuran sedang hingga besar dan warna tubuh coklat tua. Kulitnya memiliki tekstur berbintil kasar dengan lipatan dorsolateral yang hampir sepenuhnya tertutup oleh bintil-bintil halus.
Menurut hasil kegiatan herping yang dilakukan, berhasil menemukan sebanyak 21 individu kongkang kolam di sekitar aliran air. Temuan ini menunjukkan keberadaan yang signifikan dan keanekaragaman spesies ini dalam lingkungan habitatnya
Cecak batu (Cyrtodactylus marmoratus)
Cecak batu termasuk dalam famili Gekkonidae dan memiliki karakteristik morfologi berupa tubuh yang kokoh dan memanjang, dengan permukaan dorsal yang bersisik dan bercampur dengan tuberkel bulat yang menempel. Bagian dorsal cecak batu ditandai dengan corak warna coklat muda yang berbintik dengan warna yang lebih gelap. Pada bagian kepala, terdapat bintik gelap yang tidak teratur dengan sisik postokular yang berwarna gelap dan lebar (Das, 2015).
Berdasarkan hasil kegiatan herping yang dilakukan, berhasil mendokumentasikan empat individu cecak batu yang ditemukan di antara celah-celah batu. Temuan ini menggambarkan keberhasilan dalam menemukan dan mendokumentasikan keberadaan spesies ini di lingkungan alaminya
Ular macan air (Xenochrophis melanzostus)
Ular macan air termasuk dalam famili Natricidae, memiliki ciri morfologi berupa garis strip atau bintik-bintik pada badannya dengan warna merah menyala. Mata ular ini besar dengan bentuk pupil bulat. Pada rahang atasnya terdapat gigi yang semakin besar ke bagian belakang. Ular ini aktif baik pada siang maupun malam hari dan sering ditemukan di sekitar wilayah perairan.
Berdasarkan hasil kegiatan herping yang dilakukan, ditemukan satu individu ular macan air. Temuan ini menggarisbawahi keberadaan spesies ini di habitatnya dan pentingnya upaya pelestarian untuk menjaga keseimbangan ekosistem perairan.
Menurut Willy Wildani, penggagas kegiatan herping ini, tujuan utamanya adalah untuk mengamati dan mempelajari kehidupan herpetofauna di habitat alaminya. Selain itu, kegiatan ini juga dianggap sebagai salah satu langkah dalam konservasi keanekaragaman hayati dengan mencatat dan melaporkan jenis-jenis tertentu, yang dapat membantu pemantauan populasi dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Hasil pengamatan yang intensif terhadap herpetofauna di kawasan Lempong Balong, Taman Nasional Gunung Ciremai, menunjukkan keberagaman yang luar biasa dalam ekosistem tersebut. Baik dari jenis amphibi maupun reptil, setiap spesies memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam.
Meski demikian, tantangan besar dihadapi, terutama yang berkaitan dengan hilangnya habitat akibat aktivitas manusia. Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama kita untuk memastikan kelangsungan hidup spesies herpetofauna ini. Dengan melakukan tindakan sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, menghindari penggunaan bahan kimia berbahaya, dan mendukung upaya konservasi, kita dapat turut serta dalam menjaga keanekaragaman hayati yang luar biasa ini agar tetap lestari untuk generasi mendatang.
Penulis: Fadlan Miftahul Huda
Kelompok Studi Konservasi (KSK) Universitas Kuningan