De Djawatan: Pesona Hutan Kuno dan Angker yang Menarik Perhatian

Warisan alam yang berharga, membutuhkan kerjasama semua pihak dalam menjaga dan mengelolanya sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal.

Fahim Rasyid Muhammad

2/24/20242 min read

Banyuwangi, Jawa Timur - Di tengah gemerlapnya kota, tersembunyi sebuah tempat wisata yang memikat hati para pengunjung dengan pesona alamnya yang kuno dan angker. De Djawatan, yang sejatinya merupakan bagian dari hutan lindung milik Perhutani, menjadi destinasi yang menawarkan ketenangan dan keindahan alam yang memesona.

Terletak di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, De Djawatan menawarkan pemandangan yang memukau dengan pepohonan trembesi yang megah. Pepohonan raksasa ini memberikan kesan magis dan angker, mirip dengan suasana yang terasa di film "Lord of The Rings". Dengan luas area pengelolaan lahan sekitar 3,8 hektar, De Djawatan menyuguhkan panorama alam yang indah dan suasananya seolah membawa pengunjung kembali ke masa lampau.

Nama "Djawatan" sendiri sengaja dipilih untuk menciptakan kesan kuno dan nostalgia bagi pengunjung. Tempat ini memiliki sejarah yang cukup tua, sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pohon trembesi yang tumbuh subur sejak zaman itu, dengan usia rata-rata antara 100 hingga 150 tahun, menambah kesan angker dengan benalu atau pakis yang menutupi sebagian besar pohon.

Meskipun tidak terletak di pusat kota, De Djawatan mudah dijangkau dari jalan raya Benculuk. Tiket masuknya pun sangat terjangkau, hanya Rp. 2000 per orang, dengan tambahan biaya parkir yang juga ramah di kantong. Bagi pengunjung yang datang dari luar kota, akses dengan kendaraan umum juga memungkinkan melalui perjalanan kereta api dan bus, dengan pilihan turun di pertigaan lampu merah Benculuk.

Selain menikmati keindahan alam, pengunjung dapat menikmati berbagai atraksi lainnya di De Djawatan. Mulai dari naik kuda atau dokar, bermain offroad dengan ATV, hingga berfoto-foto di berbagai spot menarik. Destinasi ini juga cocok untuk acara prewedding, syuting, jamuan makan, atau kegiatan outbound.

Meski menjadi destinasi favorit, De Djawatan masih memerlukan pembenahan infrastruktur dan perhatian lebih terhadap keamanan fasilitas. Upaya menjaga kebersihan dan kelestarian alam juga menjadi fokus, dengan penerapan program Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) dalam pengembangan wisata.

Meskipun pemerintah dan masyarakat telah memberikan dukungan dalam pengembangan De Djawatan, masih terdapat kendala terutama dari pihak swasta yang belum antusias. Penyuluhan dan partisipasi aktif dari semua pihak diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan daya tarik destinasi ini untuk masa mendatang.

De Djawatan tidak hanya sekadar tempat wisata alam, namun juga merupakan warisan berharga yang perlu dijaga dan dikembangkan. Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya, diharapkan De Djawatan dapat terus memberikan pengalaman yang berkesan bagi pengunjung serta memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.

Sumber bacaan:
Setiawan, A. 2021. Merasakan “The Lords of the Rings” di De Djawatan. Pada tautan: https://indonesia.go.id/kategori/pariwisata/2593/merasakan-the-lords-of-the-rings-di-de-djawatan?lang=1 tertanggal 13 Maret 2021 diakses pada tanggal 18 Februari 2024.
Yolanda, P.i., Sudarma, I.M., Arsena, G.M.K. 2022. Pengaruh Sosial dan Ekonomi Daya Tarik Wisata De Djawatan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Desa Benculuk Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. SIGMAGRI Vol.02 No. 01. https://doi.org/10.32764/sigmagri.v2i01.667