Baba Akong: Kisah Inspiratif Sang Pelestari Lingkungan dari Pulau Flores yang Menggetarkan Hati!
Baba Akong mengorbankan segalanya untuk menanam hutan mangrove demi melindungi keluarga dan kampungnya, menghadapi tantangan dengan keuletan hingga mencapai keberhasilan.
Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, tidak hanya terkenal dengan keindahan lautnya yang memukau. Destinasi wisata di sini juga menawarkan sesuatu yang unik dan menarik, yaitu ekowisata hutan mangrove. Desa Reroroja, di ujung barat Kabupaten Sikka, menjadi oase penting dalam pelestarian lingkungan dan pengembangan ekowisata, terutama melalui keberagaman hutan mangrovenya. Di tengah keindahan alam yang memukau, Desa Reroroja memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar, menikmati, dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Mangrove di Desa Reroroja bukan hanya sekadar pepohonan di tepi pantai. Menurut Tomlinson dalam Ghufran et al. (2012), mangrove adalah pilar utama dalam ekosistem pesisir, menyediakan fungsi vital seperti biofilter alami, pengikat polusi, serta tempat hidup bagi berbagai biota laut. Keberadaan mangrove di Desa Reroroja telah diakui sebagai wilayah konservasi oleh berbagai lembaga pemerintahan dan swasta.
Hutan mangrove Magepanda telah menjadi salah satu spot wisata yang populer di Nusa Tenggara Timur. Namun, dibalik pesonanya yang memikat, tersimpan kisah luar biasa tentang perjuangan Baba Akong dan keluarganya yang telah merintisnya.
Anselina Nona, istri almarhum Viktor Emanuel Raiyon yang lebih dikenal sebagai Baba Akong, membagikan kisah inspiratif tentang perjuangan keluarganya dalam merintis hutan mangrove setelah bencana dahsyat yang melanda pada 12 Desember 1992. Bencana gempa bumi berkekuatan 7,8 Richter disusul tsunami setinggi 36 meter menyapu pesisir utara Pulau Flores, merenggut ribuan nyawa dan merusak banyak harta benda. Keluarga Anselina tidak luput dari dampaknya. Rumah mereka rusak parah, kebun kelapa, dan kolam ikan bandeng hancur.
Peristiwa tragis itu membangkitkan semangat Baba Akong untuk mengambil tindakan demi meminimalisasi dampak bencana serupa di masa depan. Pada Januari 1993, Baba Akong berbicara kepada Anselina tentang niatnya untuk menanam bakau di Pantai Ndete. Tanpa ragu, Baba Akong memutuskan untuk menghijaukan lahan tersebut dan mengurangi abrasi yang terjadi akibat dampak gempa. Dia menghabiskan banyak waktu mencari bibit bakau, menanam, dan merawatnya. Bahkan, ia menjual satu-satunya harta mereka, seekor babi, untuk membeli perlengkapan menanam. Usahanya dilakukan secara swadaya, tanpa ada yang memberinya sepeser uang. Baba Akong yakin bahwa hutan mangrove yang mereka tanam akan menjadi pelindung bagi keluarga dan kampung mereka.
Meskipun awalnya banyak yang meragukan usaha mereka, keuletan dan keyakinan Baba Akong tidak pernah luntur. Mereka belajar secara otodidak tentang cara menanam bakau, dengan Baba Akong menunjukkan keuletannya dalam mencari cara yang berhasil. Kisah mereka penuh dengan tantangan, tetapi pada akhirnya, keberhasilan mereka terlihat dengan jelas. Hutan mangrove yang mereka tanam berkembang dan tetap terjaga hingga kini. Usaha mandiri tak kenal lelah yang dilakukan Baba Akong membuka mata banyak orang. Bermula dari sebuah sayembara atau semacam kompetisi lingkungan yang diselenggarakan oleh STFK Santo Paulus Ledalero menominasikan Baba Akong. Tahun 2008, namanya melejit tampil di acara Kick Andy asuhan wartawan senior Andy Noya di Metro TV, kemudian juga ke Trans TV. Pada tahun 2008 itu juga, Baba Akong mendapat penghargaan Kalpataru kategori Perintis Lingkungan dari Menteri Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar. Apresiasi kembali menghampirinya pada 2009 dari Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menghargai karyanya pada kategori Perintis Lingkungan diserahkan di Istana Negara.
Mangrove Information Centre (MIC) ‘Babah Akong’ Satu-satunya di NTT untuk dijadikan sumber pembelajar mangrove. Hutan Mangrove Information Centre (MIC) ‘Babah Akong’ didirikan pada Tahun 2013, tepat di Desa Reroroja Kecamatan Magepanda. Mangrove Information Centre (MIC) ‘Babah Akong’ menjadi pusat pembelajaran yang menarik bagi masyarakat dan pengunjung. Dibantu oleh Wetlands International Indonesia, Desa Reroroja menjadikan hutan mangrovenya sebagai satu-satunya MIC di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). MIC 'Babah Akong' menawarkan fasilitas lengkap, mulai dari perpustakaan mini hingga track mangrove, memungkinkan pengunjung untuk belajar langsung dari pakar mangrove dan menciptakan kesadaran akan keanekaragaman hayati dan lingkungan pesisir.
Saat ini Mangrove Information Centre (MIC) ‘Babah Akong’ dilengkapi dengan perpustakaan mini, track mangrove sepanjang 300 M, pondok untuk beristirahat, dan menara pengamatan. Perpustakaan mini bisa dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk mencari referensi atau sekedar membaca koleksi buku-buku yang tersedia. Fasilitas track atau jembatan bambu sepanjang 300 M memudahkan para pengunjung untuk mengelilingi hutan mangrove tanpa belepotan lumpur lagi. Fasilitas menara pengamatan bisa dimanfaatkan para pengunjung untuk menikmati keindahan hutan mangrove dari ketinggian, serta memanfaatkan sebagai tempat berwisata untuk menikmati kesegaran udara hutan mangrove, keanekaragaman hayati, dan keindahan pantainya, serta dijadikan wahana pembelajaran tentang lingkungan untuk anak-anak.
Tanggal 6 Maret 2019, Baba Akong meninggal pada usia 71 tahun. Semangat dan perjuangannya tetap dilanjutkan oleh Anselina dan anak-anaknya. Mereka bertekad untuk merawat dan menjaga hutan mangrove ini sebagai warisan yang tak ternilai harganya. Dia mewariskan hutan mangrove yang menjadi salah tujuan wisata pantai dan tempat penelitian. Baba Akong mewariskan harta hutan mangrove seluas 60-an Ha merupakan hutan mangrove terluas di NTT. Kawasan ini menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Tak hanya jutaan pohon mangrove, tetapi juga aneka burung hutan dan kera hidup di sana.
Putra sulung Baba Akong, Antonius Guido Raiyon, mengatakan bahwa pelestarian kawasan hutan mangrove seluas 60-an ha terus mendapat perhatian pemerintah. Tahun 2020, pemerintah pusat mengalokasikan sekitar Rp 100 juta untuk penanaman mangrove seluas 2,5 Ha. Selain itu, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) mengalokasikan dana Rp 50 juta untuk pelestariaan dengan menanam seluas 4 Ha, sedangkan 1 Ha dikelola oleh Kelompok Poma Laut untuk menanam mangrove di wilayah Kelurahan Kota Uneng. Antonius tidak memungkiri bahwa hutan mangrove ini menjadi salah satu tujuan wisata yang wajib dikunjungi, karena daya tariknya luar biasa besar. Sekitar tahun 2015, menjadi arena pagelaran Maumere Jazz Fiesta yang diprakarsai oleh anggota Komisi XI DPR RI, Melchias Markus Mekeng. Penyanyi jazz terkenal, menteri kabinet, direktur bank, dan BUMN lain hadir menyaksikan pesta jazz pantai itu. Pasca festival jazz, daya tarik Hutan Mangrov Reroraja menjadi bagaikan magnet. Hari Minggu dan hari-hari libur menjadi sasaran wisata warga Sikka dan warga dari luar, yang melepas penat menikmati udara segar, nyanyian burung hutan, dan cekikikan ratusan ekor kera.
Kisah perjuangan Baba Akong dan keluarganya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga berkontribusi dalam melestarikan lingkungan dan menghargai warisan alam yang telah diberikan kepada kita. Meskipun menjadi pusat ekowisata yang menarik, Desa Reroroja juga menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan alam dan kesejahteraan masyarakat setempat. Perlindungan, peremajaan, dan pelestarian menjadi langkah kunci dalam mengelola hutan mangrove secara berkelanjutan. Namun, dengan dukungan dari berbagai pihak, Desa Reroroja mampu menjaga keberlanjutan lingkungan hidup sambil memberikan kontribusi positif dalam ekowisata yang bertanggung jawab.
Sumber Bacaan:
Bhokaleba, B. P. P. W., dan Erfin. 2022. Persepsi Masyarakat Pesisir Utara Kabupaten Sikka Terhadap Fungsi Mangrove Sebagai Penahan Gelombang Tsunami. PAPALELE: Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, 6(2), 68-74, DOI: https://doi.org/10.30598/papalele.2022.6.1.68/
Fitrianto, D. 2015. Mangrove Information Centre (MIC) ‘Babah Akong’ Satu-satunya di NTT. Pada tautan: https://www.kompasiana.com/www.minke.com/55485037547b61be122523c8/mangrove-information-centre-mic-babah-akong-satu-satunya-di-ntt tertanggal 17 Juni 2015. Diakses pada 20 Februari 2024.
Grufran, M., Kordi, K.H. 2012. Ekosistem Mangrove : Potensi Fungsi dan Pengelolaan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Holo, M.M. 2023. Hutan Mangrove Warisan Keluarga Baba Akong di Pantai Ndete, Penangkal Jitu Abrasi yang Terus Ancam Sikka. Pada tautan: https://floresa.co/reportase/mendalam/56843/2023/10/11/hutan-mangrove-warisan-keluarga-baba-akong-di-pantai-ndete-penangkal-jitu-abrasi-yang-terus-ancam-sikka tertanggal 11 Oktober 2023. Dikases pada 20 Februari 2024.
Keda, O. 2020. Mengenang Perjuangan Baba Akong, Sang Penyelamat Hutan Mangrove Magepanda NTT. Pada tautan: https://www.liputan6.com/regional/read/4306905/mengenang-perjuangan-baba-akong-sang-penyelamat-hutan-mangrove-magepanda-ntt tertanggal 17 Juli 2020. Dikases pada 20 Februari 2024.
Moa, E. 2022. 29 Tahun Lalu Baba Akong Diolok Tanam Mangrove Kini Jadi Hutan Wisata dan Riset. Pada tautan: , https://flores.tribunnews.com/2022/09/23/29-tahun-lalu-baba-akong-diolok-tanam-mangrove-kini-jadi-hutan-wisata-dan-riset tertanggal 23 September 2022. Dikases pada 20 Februari 2024.
Vincentius, A. 2022. Studi ekosistem hutan mangrove sebagai ekowisata (ecotourisme) di Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. AQUANIPA, Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, Vol. 04 No. 02. EISSN : 2723-0031. https://aquanipa.nusanipa.ac.id/index.php/projemen/article/view/44