Aksi Nyata ITERA: Peta Pemanduan Digital untuk Tingkatkan Daya Tarik Wisata Way Kalam, Lampung Selatan

ITERA bersama Pokdarwis Way Kalam mengembangkan ekowisata berbasis edukasi dan konservasi dengan peta digital dan papan informasi untuk meningkatkan daya tarik wisata sekaligus menjaga kelestarian Hutan Lindung Gunung Rajabasa.

Rahma Nur Komariah, Eti Artiningsih Octaviani, Mhd Muhajir Hasibuan, Achmad Chalid Afif Alfajrin, dan Tirta Setiawan

7/21/2025

Foto bersama tim ITERA dan Pokdarwis Way Kalam, bersatu mewujudkan ekowisata edukatif dan konservatif di Hutan Lindung Gunung Rajabasa
(📷 Doc: Tim PkM ITERA)

Lampung Selatan, 15 Desember 2024 — Desa Way Kalam di Kabupaten Lampung Selatan telah lama dikenal sebagai salah satu destinasi ekowisata unggulan. Kawasan ini menawarkan pesona hutan tropis, air terjun alami, dan kekayaan flora-fauna khas Sumatera. Namun, potensi wisata yang besar ini belum sepenuhnya tergarap optimal. Salah satu tantangannya adalah keterbatasan sarana pemanduan bagi pengunjung yang ingin menjelajahi pesona Way Kalam.

Menjawab tantangan tersebut, tim dosen dan mahasiswa dari Program Studi Rekayasa Kehutanan Institut Teknologi Sumatera (ITERA), bersama dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Way Kalam, memulai langkah nyata melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM). Kegiatan ini fokus pada pengumpulan data flora dan fauna melalui observasi lapangan. Seluruh hasil inventarisasi kemudian diolah menjadi informasi menyeluruh yang dituangkan dalam papan informasi edukatif di beberapa titik strategis kawasan wisata.

Tak hanya itu, tim ITERA juga mulai menerapkan digitalisasi pemanduan wisata. Kini, pengunjung dapat mengakses peta temuan jenis flora dan fauna melalui QR Code yang tersedia di lokasi wisata. Dengan demikian, pengunjung Way Kalam tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga mendapatkan wawasan tentang kekayaan hayati dan pentingnya konservasi Hutan Lindung Gunung Rajabasa (HLGR).

“Kami berkomitmen menjadikan Way Kalam sebagai model pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. Selain meningkatkan kesejahteraan, kami berharap kegiatan ini meningkatkan kesadaran pentingnya konservasi hutan lindung,” ujar Anwar Usman, Ketua Pokdarwis Way Kalam.

Laporan Ekspedisi Foresta 2022 sebelumnya mencatat bahwa potensi wisata terkait tumbuhan dan satwa liar di Way Kalam masih rendah dan jarang ditawarkan sebagai daya tarik bagi wisatawan. Melalui program ini, diharapkan wisata edukasi berbasis alam semakin berkembang, sehingga tidak hanya memperkaya pengalaman pengunjung tetapi juga menggerakkan perekonomian lokal sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Kolaborasi Multidisiplin ITERA untuk Ekowisata Way Kalam

Kegiatan inventarisasi dan pengembangan fasilitas wisata ini dilakukan oleh tim lintas disiplin dari ITERA. Mereka terdiri dari dosen dan mahasiswa Prodi Rekayasa Kehutanan (Mhd Muhajir Hasibuan, Rahma Nur Komariah, Eti Artiningsih Octaviani), Prodi Rekayasa Instrumentasi dan Automasi (Achmad Chalid Afif Alfajrin), serta Prodi Sains Data (Tirta Setiawan). Kolaborasi ini bertujuan menghasilkan output optimal untuk meningkatkan minat kunjungan sekaligus menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai intangible yang dimiliki Hutan Lindung Gunung Rajabasa.

Di depan papan informasi edukatif, tim dosen ITERA berdiskusi dengan Pokdarwis untuk memperkuat strategi ekowisata berbasis konservasi di Hutan Lindung Gunung Rajabasa (📷 Doc: Tim PkM ITERA)

Sebagai bagian dari tindak lanjut inventarisasi, tim juga memasang papan informasi satwa liar dan flora. Dua jenis papan informasi telah dibuat:

1. Papan jalur tracking beserta informasi flora dan fauna yang dapat ditemui.
2. Papan edukasi primata yang menjelaskan keanekaragaman primata di kawasan HLGR.

Upaya ini tidak hanya memperkaya pengalaman berwisata, tetapi juga meningkatkan pemahaman pengunjung tentang kekayaan biodiversitas lokal. Mengutip Londong et al. (2021), pengayaan aktivitas wisata, desain lanskap menarik, pengelolaan keanekaragaman hayati, hingga pemanfaatan budaya lokal dapat memperkuat daya tarik wisata secara menyeluruh.

Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 2-5%, sesuai target luaran kegiatan. Peningkatan ini didorong oleh tersedianya informasi rinci mengenai titik-titik temuan satwa, keanekaragaman flora, dan atraksi wisata edukatif di kawasan tersebut.

Melalui papan informasi ini, pengunjung Way Kalam bisa mengenal lebih dekat flora, fauna, dan kekayaan Hutan Lindung Gunung Rajabasa — menikmati alam sambil belajar menjaga kelestariannya.
📷 Doc: Tim PkM ITERA

Langkah Berkelanjutan Menuju Ekowisata Ramah Lingkungan

Program PkM ini adalah wujud komitmen ITERA untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam pengembangan masyarakat, khususnya dalam penguatan fungsi HLGR sebagai destinasi ekoeduwisata khas Lampung. Bagi ITERA, pengabdian ini bukanlah kegiatan temporer, melainkan inisiatif berkelanjutan yang terus dikembangkan dalam jangka panjang.

Melalui pendampingan teknis, edukasi berkelanjutan, hingga penguatan digitalisasi wisata, ITERA memposisikan diri tidak hanya sebagai pusat keilmuan tetapi juga sebagai mitra strategis masyarakat. Kolaborasi erat antara perguruan tinggi, komunitas lokal seperti Pokdarwis, dan pemerintah daerah diyakini sebagai kunci keberhasilan pengelolaan desa wisata yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Dengan demikian, Way Kalam tidak sekadar menjadi destinasi wisata alam, tetapi juga ruang edukasi hidup tentang pentingnya pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati bagi generasi masa depan.

Referensi:
Londong, FP., Saroinsong, FB, & Sumakud, MYMA. (2021). Analisis Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Tahapan Telu Berdasarkan Potensi Biofisik. Jurnal Agri-SosioEkonomi Unsrat, 17(2), 323–332.

FORESTA. (2022). Laporan Ekspedisi Orangutan di Way Kalam, Hutan Lindung Gunung Rajabasa. Bandar Lampung: FORESTA.

Penulis:
Rahma Nur Komariah (1); Eti Artiningsih Octaviani (1); Mhd Muhajir Hasibuan (1); Achmad Chalid Afif Alfajrin (2); Tirta Setiawan (3)
Alamat Email:
eti.octaviani@rh.itera.ac.id
(1) Dosen Program Studi Rekayasa Kehutanan, Institut Teknologi Sumatera,
(2) Dosen Program Studi Rekayasa Instrumentasi dan Automasi, Institut Teknologi Sumatera,
(3) Dosen Program Studi Sains Data, Institut Teknologi Sumatera